"Sepakbola Tahiti Lebih Terkenal di Brasil"
Para bocah Brasil yang mendukung Tahiti di perhelatan Piala Konfederasi
RIO DE JANEIRO – Kalah mencolok dirasakan Tahiti usai
dibantai 0-10 oleh Spanyol dalam laga kedua Piala Konfederasi itu. Namun
terlepas dari itu, pelatih Tahiti, Eddy Etaeta mengakui ada banyak
pelajaran yang diambil dari laga ini.
Sepakbola Tahiti memang masih terdengar asing di dunia, bahkan di
negaranya sendiri, warga Tahiti memang kurang begitu meminati olahraga
yang dikenal dengan jebakan offside-nya ini.
Beruntung pada tahun ini, ajang Piala Konfederasi menjadikan wadah di mana negara yang memiliki populasi hanya 200 ribu saja, bisa menunjukkan kapasitas mereka, meski enggak bagus-bagus amat.
Bahkan mereka berkesempatan bertemu juara Piala Dunia dan juara Piala Eropa, Spanyol. Terlepas dari kekalahan telak, hal itu tak membuat skuad Tahiti berkecil hati, bahkan mereka berharap publik Tahiti bisa mengambil pengalaman yang dilakukan para pesepakbolanya.
“Sejujurnya, kami lebih terkenal di Brasil daripada di kandang kami, Tahiti. Saya harap kami mendapatkan lebih banyak pengakuan dan dukungan dari masyarakat kami sendiri usai kembali ke Tahiti,” ucap Eddy Etaeta, pelatih Tahiti.
“Kami menyadari itu hampir mustahil untuk bersaing dengan tim-tim dengan level tinggi seperti di sini, tapi kami mendapatkan sejumlah pelajaran dari turnamen ini untuk masa depan,” tegas Etaeta, seperti dilansir Goal, Jumat (21/6/2013).
Beruntung pada tahun ini, ajang Piala Konfederasi menjadikan wadah di mana negara yang memiliki populasi hanya 200 ribu saja, bisa menunjukkan kapasitas mereka, meski enggak bagus-bagus amat.
Bahkan mereka berkesempatan bertemu juara Piala Dunia dan juara Piala Eropa, Spanyol. Terlepas dari kekalahan telak, hal itu tak membuat skuad Tahiti berkecil hati, bahkan mereka berharap publik Tahiti bisa mengambil pengalaman yang dilakukan para pesepakbolanya.
“Sejujurnya, kami lebih terkenal di Brasil daripada di kandang kami, Tahiti. Saya harap kami mendapatkan lebih banyak pengakuan dan dukungan dari masyarakat kami sendiri usai kembali ke Tahiti,” ucap Eddy Etaeta, pelatih Tahiti.
“Kami menyadari itu hampir mustahil untuk bersaing dengan tim-tim dengan level tinggi seperti di sini, tapi kami mendapatkan sejumlah pelajaran dari turnamen ini untuk masa depan,” tegas Etaeta, seperti dilansir Goal, Jumat (21/6/2013).
0 komentar:
Posting Komentar